Serial Fiqih Pendidikan Anak – No: 128
PENDIDIKAN ANAK, TANGGUNG JAWAB SIAPA?
Banyak orangtua yang menjadikan sekolah sebagai tumpuan satu-satunya bagi pendidikan putra-putrinya. Bahkan, tidak sedikit yang seakan telah membebaskan dirinya dari kewajiban mendidik anak-anaknya, setelah ia memasukkan mereka ke sekolah.
Segala sesuatu diserahkan ke sekolah. Ibarat orang mengirim pakaian kotor ke binatu / laundry. Cukup membayar lalu menerima hasilnya saja. Berupa pakaian bersih nan licin. Walaupun realitanya tidak sedikit pula yang kecewa dengan pihak sekolah. Manakala hasilnya tidak sesuai yang diharapkan.
Padahal tanggung jawab pendidikan anak ada pada kita; orang tua. Bukan pada sekolah. Sebab sekolah hanya patner pembantu kita dalam pendidikan.
Dalil beban tanggung jawab ini adalah firman Allah ta’ala,
“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا“
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka”. QS. At-Tahrim (66): 6.
Aslinya ayat ini tertuju kepada para orang tua. Perintah untuk menjaga diri mereka dan anak-anak dari api neraka. Teknisnya adalah dengan mendidik dan mengajari mereka. Begitu keterangan yang disampaikan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.
Sehingga orang tualah yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban tentang anaknya.
“أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، … وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى أَهْلِ بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ، …“.
“Ketahuilah, kalian semua adalah penanggungjawab dan seluruh kalian akan ditanya tentang tanggung jawabnya … Seorang lelaki penanggungjawab atas keluarganya dan ia akan ditanya tentang mereka. Seorang wanita penanggungjawab atas anak-anak suaminya dan ia akan ditanya tentang mereka …”. HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar radhiyallahu ’anhuma.
Orang tua tidak boleh berlepas diri dari tanggung jawab mendidik anak. Mendelegasikan tugas itu kepada orang lain. Atau menjadikannya sebagai pekerjaan sampingan. Sebab pendidikan anak adalah tugas utama dalam rumah tangga.
Mulai dari diri sendiri
Sebelum mendidik anak, hendaknya orang tua memperbaiki diri sendiri terlebih dahulu. Sebab hakikat pendidikan yang sebenarnya adalah keteladanan.
Atmosfir kesalihan di rumah dan lingkungan akan sangat berpengaruh dalam keberhasilan pendidikan anak. Maka orang tua harus berusaha menjadi salih-salihah, agar anak-anak pun terpacu untuk menjadi salih dan salihah.
Khalifah Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anhu menyediakan waktu khusus untuk anak-anaknya. Beliau mengajari mereka shalat. Tidak jarang beliau tidur bersama mereka untuk memberi nasehat dan pesan-pesan sebelum tidur. Beliau melatih mereka untuk qiyamul lail. Fajar datang, sang Khalifah lalu membangunkan anak-anaknya.
Teruslah muhasabah diri. Terutama mengoreksi niat dalam mendidik anak. Hendaklah orang tua selalu ikhlas semata-mata mengharap ridha Allah dalam menjalankan tugas mulia ini.
Kemudian berusahalah mendidik anak dengan metode yang telah dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dengan demikian, segala aktivitas yang kita lakukan dalam mendidik anak akan bernilai ibadah dan berpahala insyaAllah.
@ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 27 Jumada Tsaniyah 1440 / 4 Maret 2019